Ambon, Wartamaluku.com – Perayaan Tahun Baru Imlek 2570 pada 2019 bagi masyarakat Tionghoa merupakan perayaan terpenting orang Tionghoa khusus untuk Kota Ambon, perayaan tahun baru imlek digelar di gedung Budha Center, Gunung Nona, ambon, Senin 4/2/2019.
Untuk 2019 perayaan imlek dengan tema melalui imlek ke 2570 tahun 2019, kita rajut terus kebersamaan, hendaknya menjadi momentum untuk membangun semangat dan kesadaran kolektif untuk membudayakan sikap saling menghidupkan antarsesama anak bangsa, terutama di Maluku.
Dalam sambutan Gubernur Maluku yang dibacakan Staf Ahli Gubernur Bidang Pembangunan dan Perekonomian, Rony Tairas, mengatakan Perayaan Tahun Baru Imlek adalah momentum yang tepat untuk melakukan refleksi, evaluasi, dan transformasi diri menuju kebijaksanaan dan kepakaran sosial dan kemuliaan.
Dalam konteks ini nilai-nilai kebersamaan, kesetiakawanan dan kepedulian, diantara sesama manusia harus terus dikembangkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,” ujar Assagaff.
Oleh karena itu, Gubernur berharap berharap masyarakat dan pemerintah bersama-sama menjadikan Maluku sebagai laboratorium kerukunan beragama terbaik di Indonesia bahkan dunia. Artinya Maluku dijadikan contoh agar orang bisa belajar hidup rukun dari Maluku.
Lanjutnya, Keragaman dan perbedaan kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya di Maluku tidak seharusnya dipandang sebagai sebuah persoalan, tetapi sebaliknya harus tetap bersatu dan bergandengan tangan dalam semangat hidup orang basudara yang menjadi jati diri orang Maluku.
“Untuk itu marilah kita bersama mewujudkan Maluku sebagai laboratorium kerukunan umat beragama terbaik di Indonesia dan dunia,” tuturnya.
Selain itu, dirinya memandang perayaan Imlek di Maluku yang ditandai berbagai kegiatan bernilai sosial, termasuk pemberian “angpao” kepada sesama warga Tionghoa dan warga lainnya, merupakan bentuk keterbukaan diri warga Tionghoa untuk melakukan silaturahim dan berbagi dengan sesama tanpa memandang etnis, suku, agama, ras dan golongan.
“Sejatinya perayaan Imlek bukan hanya menjadi milik umat Konghucu dan masyarakat Tionghoa saja, tetapi sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia, termasuk di Maluku,” tandasnya.
Perayaan Imlek telah menjadi bukti pengakuan bahwa tradisi kaum Tionghoa telah melebur, membaur dan menjadi tradisi masyarakat Indonesia, dan perlu dikembangkan sebagai modal utama mempererat persatuan dan kesatuan diantara sesama anak bangsa.
Gubernur juga memberikan apresiasi kepada masyarakat Tionghoa yang selama ini berperan aktif mendukung pemerintah daerah menggerakkan roda perekonomian 11 kabupaten/kota di Maluku dalam rangka mewujudkan visi pembangunan 2014-2019 yakni “Maluku rukun, religius, damai, sejahtera, aman, berkualitas dan demokratis dijiwai semangat Siwalima berbasis kepulauan secara berkelanjutan”.
Sementara itu Ketua Walubi Maluku, Wilhelmus Jauwerisa, menyampaikan apresiasi kepada seluruh masyarakat Maluku khususnya Kota Ambon yang telah menyadari warga Tionghoa adalah bagian dari kesatuan, yang mana tidak ada perbedaan budaya dan agama tapi kita memaknai sebagai salah satu kesatuan yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sebagai anak negeri kami akan terus membangun dan merajut dalam kebersamaan sebagai wujud dan realita dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara setiap momentum imlek kita selalu ingatkan bahwa kebersamaan sangat penting untuk tetap merajut dan membangun kehidupan dalam bermasyarakat.
“Dan tahun ini kita mengambil tema perayaan imlek 2570 tahun 2019 kita tetap merajut kebersamaan. Intinya bahwa hidup bukan untuk diri sendiri tapi untuk kebersamaan,” ungkap Jauwerisa. saat ini masyarakat di Maluku khususnya kota Ambon sudah mengerti bahwa sesungguhnya damai adalah tujuan hidup bersama.
“Itulah yang kami harapkan. Semoga kita selalu diingatkan untuk tidak terpecah dengan hanya kepentingan pribadi, tapi kita harus wujudkan dalam kebersamaan yaitu semua adalah sama dan kepentingan kita semua demi kebersamaan itu,”Tuturnya.