Ambon, Wartamaluku.com – Gubernur Maluku, Said Assagaff mengingatkan kewaspadaan terhadap penyakit Paru yang menjadi ancaman berbahaya bagi kesehatan masyarakat. Hal ini didasarkan atas data yang menunjukan bahwa Kasus Baru Tuberkulosis Paru BTA Positif di Indonesia, sesuai data Kementerian Kesehatan Tahun 2016 sebanyak 156.723.
Bahkan, dari data tersebut menunjukan di tahun 2016 penderita tuberculosis terbanyak pada usia 25-34 tahun sebesar 18,97% dan usia 35-44 tahun sebesar 16,61%. Sedangkan usia 45-54 tahun sebesar 17,25%.
“Bagi saya ini gambaran sekaligus ancaman serius terhadap kualitas kesehatan manusia Indonesia, dan juga produktivitas ketenagakerjaan. Dikatakan serius karena menimpa golongan penduduk pada usia-usia produktif,” kata Assagaff di Acara Pembukaan Rapat Kerja Nasional Asosiasi Rumah Sakit dan Balai Kesehatan Paru Indonesia (Rakernas ARSABAPI) Tahun 2018, Jumat (13/6), di Hotel Santika, Ambon.
Begitupula, data dari Badan Kesehatan Dunia WHO, kata Assagaff, yang mempublikasikan bahwa, dari 10 (sepuluh) penyakit mematikan di seluruh dunia, 4 (empat) diantaranya berhubungan langsung dengan Paru, yakni penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronik, Infeksi Pernafasan Bawah, Kanker Trakea, Bronkus, Paru-Paru dan Tuberkulosis.
“Point yang mau saya katakan bahwa, kewaspadaan kita sebagai pemerintah, swasta maupun masyarakat sendiri, haruslah menyadari bahwa terdapat ancaman yang sangat berat terhadap kesehatan Paru. Hal ini, juga terlihat pula dari hasil penelitian yang dikeluarkan oleh European Lung Foundation, bahwa angka kematian akibat Paru diperkirakan akan meningkat menjadi 11 juta dari 68 juta kematian atau 16% pada tahun 2020 nanti. Ini tidak bisa dianggap sepele. Harus ada tindaklanjut yang jelas, terukur dan sistematis,” paparnya.
Karena itu, selaku pemerintah daerah, dirinya menyatakan dukungan penuh terhadap forum Rakernas yang akan berlangsung dari tanggal 13 sampai dengan 15 Juli mendatang di Kota Ambon.
Penetapan Tema Rakernas 2018 yakni, “Peran Fasilitasi Pelayanan Kesehatan Paru Dalam Mendukung Sustainable Development Goals”, sebut Assagaff, sangat sejalan dengan program Kementerian Kesehatan untuk mencapai “Eliminasi TBC Tahun 2030”.
“Saya berharap, akan ada banyak terobosan yang inovatif dan solutif terhadap peningkatan fasilitas pelayanan kesehatan Paru, baik aspek institusional, mutu pelayanan, sumber daya manusia, sarana peralatan dan lain sebagainya,” imbuhnya.
Lebih jauh dikatakan, Rakernas merupakan forum yang sangat strategis untuk membahas pelbagai macam problematika penyakit paru-paru di Indonesia serta penanganannya, terutama di daerah yang masuk kategori 3 T, seperti Maluku yang punya sarana dan prasarana kesehatan serta akses terhadap layanan kesehatan yang masih terbatas.
Selain itu, melalui Rakernas ini diharapkan ARSABAPI dapat mendesain capaian kinerja dari setiap fasilitas pelayanan kesehatan paru pada Level Nasional, yakni terkait dengan apa yang telah dicapai dan apa yang akan dicapai kedepan.
“Kami Pemerintah Provinsi Maluku menyambut baik dan mendukung pelaksanaan Rakernas ini, dan kami berharap melalui Rakernas ini,forum ARSABAPI akan semakin memperkuat basis organisasi, eksistensi dan pelayanannya dalam jajaran dunia kesehatan di Indonesia.
Kendati demikian, Assagaff menyampaikan, dalam perjalanan melayani kesehatan masyarakat, Fasilitas Pelayanan Kesehatan Paru telah berbuat banyak. “Saya kira sulit untuk dihitung secara akurat, berapa jumlah pasien penderita sakit Paru yang telah tertolong,” tandas Assagaff