AMBON,wartamaluku.com- Gubernur Maluku, Said Assagaff menyebutkan, di usianya yang ke-54 tahun saat ini, Universitas Pattimura (Unpatti) mampu memainkan peran-peran strategis dan mengambil tanggungjawab proporsional dalam mengemban misi Tri Darma Perguruan Tinggi-nya.
“Hingga usia ke 54 ini Unpatti tetap eksis dan terus berbenah maju dengan mencatat sejumlah prestasi dalam Tri Darma-nya, serta menelurkan lulusan-lulusan terbaik di daerah ini, dalam menjawab kebutuhan daerah ini ke depan,” ujar Gubernur saat memberikan sambutan pada inagurasi wisuda 1.584 lulusan, di Kampus Unpatti, kawasan Poka Ambon, Kamis (20/4/2017).
Para wisudawan tersebut terdiri dari Program Sarjana (S1) 1.329 lulusan, Profesi Dokter sebanyak 14 lulusan dan Pascasarjana (S2) sebanyak 241 lulusan. Lebih lanjut Gubernur katakan, usia ke-54 untuk sebuah lembaga pendidikan tinggi negeri, jelas bukan usia yang muda lagi. “Dalam narasi teori perkembangan kepribadian, usia 54 tahun diasosiasikan sebagai seseorang yang dalam kewajaran pertumbuhannya, telah menapaki tingkat kedewasaan, kematangan dan kebijaksanaan tertentu,” tuturnya.
Di usia ini, menurutnya, seseorang tidak saja produktif tapi juga fungsional dalam memainkan peran dan tanggungjawabnya, baik sebagai orang perorang maupun sebagai bagian dari realitas sosial.
“Di usia ini, seseorang mampu memainkan peran dan tanggungjawabnya secara produktif, fungsional dan proporsional. Apa yang ditunjukkan oleh Unpatti hari ini adalah sebuah kenyataan, bahwa dengan capaian tingkat kedewasaan, kematangan dan kebijaksanaannya, lembaga pendidikan tinggi ini, sungguh produktif dan fungsional,” tandasnya.
Pada kesempatan yang sama, Dirinya mengajak civitas akademika Unpatti, untuk melihat salah satu persoalan paling serius, yang sedang dan akan dihadapi Maluku pada masa mendatang. “Persoalan tersebut adalah bagaimana menciptakan sumber daya profesional dan memiliki kemampuan berdaya saing tinggi, tapi juga memiliki integritas,” ungkapnya.
Gubernur menyebutkan, dalam banyak kasus, dijumpai banyak orang hebat yang profesional dan memiliki kemampuan bersaing yang tangguh, tapi mereka kemudian menjadi sangat individualis, pragmatis, oportunis, bermasalah dengan hukum dan akhirnya menjadi sasaran sumpah serapah masyarakat.
“Namun sebaliknya, tidak juga kita menjumpai orang-orang yang karir dan kehidupannya menjadi teladan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, karena mereka mampu mensinergikan profesionalisme, kemampuan bersaing secara terbuka dan berintegritas. Atau kemampuan hard skill dan soft skill atau hard competency dan soft competency,” ujar Assagaff.(WM-UVQ)