Ambon, Wartamaluku.com – Obsesi Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Maluku, Widya Murad Ismail, untuk memperkenalkan lebih luas tenun ikat asal Kepulauan Tanimbar dan Maluku Barat Daya (MBD) akhirnya terwujud. Tenun ikat hasil kerajinan tangan masyarakat Maluku itu kini “go international” dan tampil memukau di fashion show dalam ajang Festival Indonesia di Elizabeth Quay, Perth, Australia.
Festival yang berlangsung tiga hari mulai tanggal 25 Oktober itu merupakan kerjasama antara Konsulat Jenderal (Konjen) Republik Indonesia, bekerjasama dengan masyarakat Indonesia di Perth. Salah satu tujuan kegiatan ini untuk merayakan keragaman budaya Indonesia, sekaligus peringatan 70 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Australia.
Festival Indonesia ini dibuka untuk umum, diramaikan dengan aneka pertunjukan seni budaya, produk-produk dari berbagai daerah, promosi paket wisata Indonesia, pasar kuliner tanah air, dan sudut bermain anak-anak, termasuk permainan khas anak Indonesia.
Ketua Umum Dekranasda Provinsi Maluku, Widya Murad Ismail, mengungkapkan dirinya telah merencanakan agar tenun ikat Tanimbar dan MBD bisa tampil di ajang ini jauh-jauh hari, dengan membawa 22 rancangan terbaik yang bahan kainnya berasal dari para penenun tradisional. Widya pun menggandeng desainer besar Indonesia, Defrico Audy, untuk merancang busana berbahan tenun asal Tanimbar dan MBD untuk ditampilkan di pentas fashion show tersebut.
“Kita menggandeng desainer Audy dan membawa 22 rancangan kain tenun KKT dan MBD. Responnya luar biasa karena banyak yang belum tahu kalau Maluku juga punya tenun-tenun yang bagus,” ungkap Widya kepada pers di Ambon, Senin (28/10).
Menurut istri Gubernur Maluku ini, selain diapresiasi oleh masyarakat Australia, ternyata komunitas Maluku di Perth juga banyak yang belum terlalu familiar dengan kekayaan tenun yang dimiliki Maluku.
“Disana (Perth, red) komunitas Maluku banyak, dan mereka juga kaget karena ini luar biasa sebab tenun asal Maluku sangat bagus-bagus. Tenun asal Maluku sangat diapresiasi usai tampil di fashion show,” terang Ketua PKK Provinsi Maluku itu.
Hadir di festival itu, selain Konjen Indonesia untuk Australia Barat, Dewi Gustina Tobing, terlihat pula Dubes Indonesia untuk Australia, Kristiarto Legowo, serta warga Australia lainnya.
Sementara itu, rombongan Pemerintah Provinsi Maluku selain Ketua Dekranasda Provinsi Maluku, Widya Murad Ismail, tampak pula Ketua Dekranasda Kota Ambon Debby Louhenapessy, Ketua Dekranasda KKT Joice Fotlolon, Ketua Harian Dekranasda Provinsi Maluku Elvis Pattiselano yang juga Kadis Indag Provinsi Maluku, serta Kadis Indag Kota Ambon dan KKT.
Usai para model asal Australia menampilkan rancangan busana berbahan tenun ikat asal Maluku, Dubes Indonesia untuk Australia Kristiarto Legowo langsung mengundang Pemprov Maluku untuk turut juga mengikuti festival yang akan berlangsung di Camberra, Autralia.
“Pak Dubes Kristiarto Legowo begitu selesai menonton fashion show berbahan tenun Tanimbar Maluku langsung dekati saya mengucapkan selamat, dan beliau langsung mengundang kita agar juga mengikuti festival di Camberra bulan November akhir tahun ini, atau Februari tahun depan,” ungkapnya.
Ia menegaskan, untuk memperkenalkan budaya sekaligus kerajinan tangan asal Maluku seperti tenun ikat memang ada harga yang harus dibayar. Pasalnya untuk promosi, pasti selalu butuh biaya.
“Kadang-kadang orang berpikir keluar negeri untuk jalan-jalan. Sebenarnya ini tidak, karena memang jauh-jauh hari telah kita rencanakan. Kita punya misi besar sejak awal adalah mengangkat dan memperkenalkan Tenun Tanimbar dan MBD lebih luas lagi. Promosi itu butuh uang, butuh proses. Kalau kita tidak berani melangkah, kapan lagi? kapan lagi kita maju? kapan kita mau dikenal?” ujar Widya.
Lanjutnya, fashion show yang diikuti Pemprov Maluku memang baru pertama kali. Kendati demikian, untuk musik pernah diikuti oleh Kota Ambon di ajang festival yang sama.
“Baru kali ini kita tampil di fashion show. Provinsi Nusa Tenggara Timur malah sudah berulang kali ikut. Ini luar biasa. Saya sendiri terharu dan bangga melihat respon yang luar biasa, ketika kita menampilkan tenun asal Maluku dari Kepulauan Tanimbar dan MBD. Kerja kita tidak sia-sia,” tandasnya. (**)