Widya Yakin Sinergitas Sektoral Bisa Turunkan Angka Stunting di Maluku

Jakarta, Wartamaluku.com – Di hadapan sekira 1000 orang yang menghadiri puncak peringatan Hari Gizi Nasional (HGN) ke-60 di Lapangan Upacara Kementerian Kesehatan RI, Selasa (28/1), Duta Parenting Provinsi Maluku, Widya Murad Ismail, diberikan penghormatan oleh Menteri Kesehatan, Dr. Terawan Agus Putranto, untuk menyampaikan testimoni tentang pengalamannya memerangi stunting di daerah Maluku.

Saat menyampaikan testimoni, Widya mengatakan, kasus stunting yang ditemukan di Provinsi Maluku sangat tinggi. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) tahun 2018, prevalensi stunting di Maluku mencapai angka 34 persen.

“Kondisi ini menjadikan Maluku termasuk daerah rawan dengan tingkat stunting yang tinggi, setelah Nusa Tenggara Timur,” katanya.

Menurut Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Maluku ini, tingginya angka kemiskinan merupakan akar permasalahan kesehatan dan gizi di Maluku, termasuk penyebab tingginya kasus stunting. Saat turun ke daerah locus stunting, dia menemukan banyak tempat tinggal yang tidak sehat, masalah perilaku, kesadaran dan inisiatif hidup sehat yang rendah, dan juga akses terhadap pelayanan kesehatan yang masih rendah.

“Secara geografis wilayah Maluku adalah kepulauan, terdiri dari 1.340 pulau-pulau dengan luas wilayah 712.480 Km2, dimana luas laut 92,4 persen dan hanya 7,6 persen daratan, menjadi masalah dan tantangan tersendiri. Kondisi ini juga membuat APBD Maluku sangat kecil yakni Rp.3,2 Triliun karena formula perhitungan Dana Alokasi Umum (DAU) hanya mempertimbangkan luas daratan. Ini membuat kondisi agak memprihatinkan,” ungkapnya.

Meskipun demikian, kondisi ini tidak membuat Widya putus asa. Sebagai Duta Parenting dan istri Gubernur Maluku, Murad Ismail, ia berusaha turun langsung ke desa-desa locus stunting di daerah pulau-pulau dan terpencil, untuk menyentuh dan mengajak langsung masyarakat menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.

Ia menjelaskan bahwa upaya melakukan sosialisasi dan edukasi stunting ditujukan langsung pada lapisan paling bawah tatanan masyarakat, yakni keluarga. Selama tahun 2019, dia sudah turun ke tiga kabupaten yang menjadi locus kasus stunting yakni di desa Kawa di Kabupaten Seram Bagian Barat, desa Wakua di Kepulauan Aru, serta desa Piliana dan Mosso di Maluku Tengah.

“Alhamdulillah, saya menikmati dan mensyukuri semua itu. Saya bersyukur karena bisa bertemu dengan anak-anak dan masyarakat di sana, berdialog dengan ibu-ibu hamil, melihat anak-anak yang terkena stunting dan gizi buruk, dan saya ikut merasakan apa yang mereka rasakan,” ungkapnya.

Setelah melihat langsung kondisi masyarakat, menurut Widya, kasus stunting di Maluku masih bisa dicegah karena daerah Maluku cukup subur dan kekayaan lautnya berlimpah sehingga kebutuhan protein cukup tersedia. Kebutuhan akan protein bersumber dari ikan-ikan, atau dari umbi-umbian, yang mudah ditemukan oleh masyarakat.

“Kesimpulan saya, tingginya angka stunting disebabkan karena pola hidup masyarakat yang kurang sehat. Saya juga menemukan banyak sekali remaja putri yang anemia. Hal ini berkaitan dengan kondisi kesehatan lingkungan yang membuat tingginya penyakit infeksi, dan adanya perilaku tidak makan sayur yang sudah membudaya,” bebernya.

Kelemahan lain yang membuat kasus stunting cukup tinggi di Maluku, lanjut Widya, karena koordinasi lintas sektor sebelumnya sangat lemah. Karena itu, setiap kali mengunjungi desa-desa locus stunting, dia selalu mengajak para pimpinan OPD baik tingkat Provinsi maupun Kabupaten dan Kota untuk melihat secara langsung permasalahan di masyarakat, dan bersama-sama mencari solusinya.

“Saya yakin dengan koordinasi yang semakin baik ini, dan adanya kolaborasi serta sinergitas lintas sektor untuk sama-sama perangi stunting, maka kita akan bisa menurunkan kasus stunting,” harapnya.

Untuk akselerasi dan mendorong percepatan penurunan angka stunting, Widya juga melibatkan peran serta Ketua Tim Penggerak PKK di tingkat Kabupaten dan Kota, dengan mengukuhkan 11 Ketua Tim Penggerak PKK sebagai Bunda Parenting di daerahnya masing-masing.

Atas inisiatifnya bersama Bappeda dan Dinas Kesehatan pula, telah ditandatangani Komitmen Bersama Gubernur dan seluruh Bupati dan Walikota se-Provinsi Maluku untuk mendorong percepatan penurunan kemiskinan dan stunting.

“Alhamdulillah syukur, seluruh kegiatan saya ini sangat didukung oleh suami, dan ini menjadi kekuatan tersendiri bagi saya untuk terus bergerak maju,” ujarnya.

Rencananya di tahun 2020 ini, Widya mengunjungi tiga kabupaten lain yang juga tinggi kasus stuntingnya yakni Kabupaten Seram Bagian Timur, Maluku Tenggara, dan Maluku Barat Daya.

Sementara itu, Menteri Kesehatan RI, Terawan Agus Putranto, mengapresiasi kerja-kerja nyata yang terkonsolidasi dan mengintegrasikan lintas sektoral oleh Duta Parenting, Provinsi Maluku, terkait dengan upayanya memerangi stunting di Maluku. Menteri berharap kampanye dan program aksi perangi stunting ini dapat menginspirasi daerah lain di Indonesia.

“Saya mengapresiasi apa yang sudah dilakukan Ibu Widya, Duta Parenting Maluku. Ini bisa menjadi contoh buat lainnya,” tandasnya. (**).

Pos terkait