Ambon,Wartamaluku.com- Data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Ambon, sepanjang tahun 2016 tercatat 1222 gempa yang terjadi di wilayah Maluku dimana 43 gempa tersebut dirasakan dan 1 diantaranya menimbulkan kerusakan dan korban jiwa.
“Maluku merupakan wilayah yang rawan akibat gempa bumi, hal tersebut dapat dilihat dari tingkat keaktifan gempa bumi (seismisitas) pada tahun 2016 yaitu sebanyak 1222 Gempa,” kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Geofisika Ambon, Andi Azhar Rusdin, S.Si, M.Sc di Ambon, Kamis (6/1).
Dijelaskan, gempa di wilayah Maluku didominasi dengan kekuatan kurang dari M 5 yaitu sebanyak 1180 kejadian atau sekitar 97 persen dari total kejadian gempa sepanjang 2016.
“Sedangkan untuk gempa signifikan atau kekuatan di atas M 5 terjadi sebanyak 42 kali, 2 diantaranya berkekuatan di atas M 6 yaitu gempa M 6.3 pada tanggal 5 Juni 2016 dan gempa M 6.6 tanggal 21 Desember 2016 yang terjadi di laut Banda,” terangnya.
Gempa di wilayah Maluku, tambah dia, juga didominasi gempa dangkal dengan kedalaman kurang dari 60 km yang terjadi sebanyak 871 kali dan gempa dengan kedalaman menengah hingga dalam terjadi 351 kali.
Gempa dengan kedalaman dangkal banyak terjadi di sekitar pulau Ambon, Buru, Seram dan sekitarnya yang disebabkan oleh subduksi Seram, Seram thrust yang terletak di selatan pulau Seram serta patahan lokal aktif yang terletak di pulau tersebut.
“Sedangkan untuk gempa dengan kedalaman menengah dan dalam terjadi di Laut Banda akibat aktivitas Subduksi Banda dan Subduksi Seram,” lanjut Andi.
Gempa Merusak
Lebih lanjut Andi menjelaskan, gempa merusak wilayah Maluku terjadi pada tanggal 17 Januari 2016 dengan kekuatan M 5.4, dengan pusat gempa terletak pada koordinat 3,80 lintang selatan dan 127,28 bujur timur, tepatnya di Laut Banda, pada jarak 59 kilometer arah timur Namrole dan 63 kilometer arah selatan Namlea, Pulau Buru pada kedalaman hiposenter 10 kilometer.
Guncangan gempa ini, tambah dia, dirasakan dalam skala intensitas IV-V MMI di Pulau Ambalau, III MMI di Namlea dan Buru Selatan, dan II MMI di Ambon.
Gempa ini menimbulkan kerusakan dan korban jiwa. Tercatat 329 rumah rusak di Ambalau dengan rincian 72 rumah rusak berat, 76 rumah rusak sedang, 181 rumah rusak ringan serta merusak 7 fasilitas umum. Sedangkan jumlah korban tercatat 1 orang meninggal dunia, 5 orang luka berat dan 9 orang luka ringan.
Perlu Kesiapsiagaan
Andi menambahkan, berkaca dari banyaknya kejadian gempa yang terjadi di wilayah Maluku, bukan tidak mungkin kejadian gempa merusak dapat terjadi kembali di wilayah Maluku kedepannya.
Mengutip ungkapan James Hutton (1795) dalam teori Uniformitarianisme yang mengungkapkan bahwa “The present is the key to the past” yang memiliki arti kejadian yang terjadi saat ini adalah cerminan kejadian masa lampau.
Perlu diketahui hingga saat ini belum ada negara atau teknologi yang dapat memprediksi kejadian gempa bumi.
“Gempa bumi merupakan bencana alam tidak langsung menyebabkan kematian, melainkan konstruksi bangunan yang dapat menyebabkan banyak korban jiwa akibat gempa bumi,” bebernya.
Oleh karena itu, dia meminta perhatian khusus, baik dari masyarakat hingga pemerintah daerah dan provinsi setempat untuk senantiasa kesiapsiagaan terhadap ancaman bencana gempa.
“Kesiapsiagaan diperlukan dalam mengurangi dampak akibat bencana gempa dengan cara meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait bencana alam gempa,” tandasnya.