Ambon, Wartamaluku.com – Setiba dari Jakarta dengan menumpangi pesawat komersial di Bandara Pattimura, Sabtu (28/9) siang, istri Gubernur Maluku, Widya Murad Ismail langsung bergegas menuju kediaman pribadinya di kawasan Poka, Ambon.
Di sana sudah menunggu sejumlah aktivis dan pengurus organisasi perempuan. Tidak lama-lama, setelah memastikan berbagai paket bantuan emergensi siap didistribusikan, Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Maluku ini langsung bergerak menuju daerah terdampak gempa berkekuatan 6,8 SR, Kamis kemarin.
Bantuan yang sifatnya emergensi yang akan disalurkan oleh Widya, terdiri atas paket rentan lansia, paket rentan dewasa, dan paket rentan anak-anak. Masing-masing paket terdiri dari selimut, pakaian dalam, pakaian, kaus kaki, dan peralatan mandi. Widya juga membawa sejumlah paket makanan siap santap (makanan kotak) dan air mineral dalam kemasan, serta makanan tambahan untuk anak berupa susu dan biskuit.
“Saya merasa berduka, prihatin dan sedihnya luar biasa karena ini musibah kita semua, yang tentu saja masyarakat Maluku tidak harapkan,” kata Widya.
Ia mengaku sedih karena saat bencana gempa terjadi, dia lagi mengikuti Jambore Nasional Kader PKK di Jakarta. Sang suami, Murad Ismail yang ketika itu juga ada urusan dinas di Jakarta, langsung balik ke Ambon.
“Saat mendengar info ada gempa, saya shok, kaget dan sedih. Saya lagi ikut kegiatan di Jakarta, mood saya sudah hilang. Sudah tidak concern lagi,” ungkapnya.
Dia bahagia karena sudah berada di Ambon untuk bisa membantu korban gempa. Bersamanya, istri Wakil Gubernur Maluku yang juga Wakil Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Maluku, Beatrix Orno, beserta sekitar 20 aktivis perempuan dari organisasi Fatayat NU, Wanita Islam, Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI), Perempuan GPM (Gereja Protestan Maluku), dan Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI).
Mereka bergegas menuju arah timur Pulau Ambon, tepatnya di lokasi pengungsian kampus Universitas Darussalam, Tulehu. Di kamp ini, Widya meninjau Posko Kesehatan dan berbincang langsung dengan pengungsi lansia yang sakit. Ia juga menyapa seorang ibu muda yang baru melahirkan saat hari gempa terjadi.
Bunda PAUD Maluku ini lantas meminta izin untuk menggendong bayi yang lahir di tempat pengungsian itu. Ia senang karena bayi laki-laki yang lahir dalam suasana penuh kepanikan itu terlahir dengan sehat. Bantuan paket emergensi dan makanan siap saji pun dia berikan kepada para pengungsi dan korban di tempat itu.
Widya juga memberikan semangat kepada para dokter dan petugas medis yang bekerja siang dan malam di Posko Kesehatan. “Bapak ibu telah melakukan tugas mulia, karena kalian bekerja untuk kemanusiaan. Saya hanya ingin mengingatkan, agar kalian juga tetap menjaga kesehatan kalian,” pintanya.
Namun air mata haru Widya tak mampu dibendung. Saat dia menemui Hasan, dan mendengar kisah pilu, bocah 3 tahun itu. Hasan adalah bocah asal Negeri Tenga-Tenga, Kecamatan Salahutu, yang ditinggal pergi kakek dan neneknya saat mereka tertimbun longsor. Sang kakek yang berusaha menyelamatkan nyawa Hasan, tidak tertolong.
Hasan yang orang tuanya telah berpisah itu, harus kehilangan kedua orang yang telah mengasuhnya sejak bayi. Dengan isak tangis, Widya menyuapi makanan buat Hasan. Tindakan spontannya itu mengundang haru seisi tenda darurat, tempat dimana Hasan dirawat.
Sudah dua hari belakangan ini, Hasan tinggal di tenda pengungsian, didampingi Ima Lestaluhu, Kepsek SDN 8 Tulehu. Ia mengalami luka robek di belakang kepala, serta memar di sekujur tubuh karena terkena runtuhan tanah. Kepada Widya, Ima mengatakan, saat ditemukan, Hasan dipeluk erat sang kakek yang sudah tidak lagi bernyawa. Neneknya pun bernasib sama.
Rombongan yang dipimpin Widya pun berpindah ke desa Waai. Lebih dari separuh warga desa ini memilih mengungsi di daerah ketinggian. Mereka membangun tenda-tenda darurat seadanya di sepanjang jalan menuju lokasi wisata Rumah Pohon
Menunjukkan simpatinya kepada para pengungsi, Widya pun berbincang dan menanyakan kondisi mereka. Ia meminta agar warga tidak panik, dan tetap bersabar. “Apa yang terjadi ini, Tuhan Yang Maha Kuasa sudah mengatur semuanya. Saya harap saudara-saudara tetap tabah,” harapnya.
Widya lantas menyerahkan bantuan kepada para warga di lokasi pengungsian. Dari Waai, rombongan ini kemudian balik ke Ambon menuju RSUD dr. Haulussy. Ketua Tim Penggerak PKK Kota Ambon, Debby Louhenapessy, beserta rombongan pun bergabung di sana.
Rombongan itu juga membawa bantuan untuk pasien yang sementara dirawat. Di rumah sakit yang berlokasi di kawasan Kudamati itu, Widya mengunjungi tenda darurat yang sengaja dibangun untuk tempat rawat inap para pasien.
Duta Stunting Provinsi Maluku ini juga berkesempatan berbincang dan memberikan penguatan kepada para pasien, termasuk pasien korban gempa. Bantuan yang sama diberikan sebagai tanda simpatinya.
Enggelin Keliombar, Ketua Presidium WKRI Provinsi Maluku yang ikut dalam kegiatan ini merasa berterima kasih kepada istri Gubernur karena telah menghimpun ormas perempuan untuk turun bersama-sama membantu para korban gempa. “Kami merasa senang bisa terlibat, dan semoga kedepan, kita bisa bersama-sama lagi dalam kegiatan-kegiatan sosial kemanusiaan lainnya,” harapnya.
Sementara itu, Ketua DPW Wanita Islam Maluku, Irma Betaubun mengakui bahwa Widya begitu cepat dan tanggap dalam merespon bencana di daerah ini. Bl
“Beliau sudah menelepon kita, pimpinan organisasi perempuan untuk sama-sama turun melihat para korban,” tandasnya.