Saatnya 54 Peserta PIM II Kembali Ke Daerah

Ambon, Wartamaluku.com – Pendidikan dan Pelatihan kepemimpinan tingkat II angkatan XVI resmi di tutup dalam upacara Pelepasan alumni yang berlangsung di Aula Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi Maluku Senin 10/12/2018.

Turut hadir Wakil Gubernur Maluku Zeth Sahuburua, Deputi Bidang Diklat Aparatur Lan RI Muhammad Taufiq dan beberapa OPD Provinsi Maluku.

Kepala PSDM Suryadi Sabirin mengatakan diklat yang akan dilaksanakan selama 3 bulan dan diikuti oleh 54 peserta yakni untuk Provinsi Maluku 3 orang, Kabupaten Buru 5 orang, Kabupaten Halmahera Barat 2 orang, Kabupaten Halmahera Timur 2 orang, kabupaten Kepulauan Aru 4 orang, Kabupaten Kutai Timur Kaltim 2 orang, Kabupaten MBD 3 orang, Kabupaten Malra 3 orang , Kabupaten Lingga 7 orang , Kabupaten SBB 10 orang, Kabupaten SBT 3 orang, Kabupaten Buru Selatan 4 orang Kabupaten Talaibu 1 orang Kabupaten Sarmi 1 oorang Kota Kupang 2 orang serta Kabupaten Sorong Selatan 1 orang.

Sementara menurut Deputi Bidang Diklat Aparatur Lan RI Muhammad Taufiq menyatakan bagian strageis untuk membangun Maluku, yang perlu diketahui untuk Indonesia timur ini ada banyak hal yang perlu dilakukan terutama pemimpin eselon II yang merupakan jabatan kempemimpinan sangat srategis untuk birokrasi di daerah.

Sebab, kunci dari pembangunan yakni bagaimana Pemerintah harus memberikan pelayanan yang terbaik bagi swasta agar masyarakat bisa berkresasi dan membangun dengan baik. Karena diklat ini di desain untuk menciptakan para pemimpin dalam merubah para inovator yang mampu mendorong proses reformasi birokrasi dimasing-masing instansi.

Oleh sebab itu, dirinya berharap para peserta saat kembali ke daerah masing-masing bisa terus berinovasi dengan bentuk perubahan untuk perbaikan kepada masyarakat.

Sedangkan Wakil Gubernur Maluku Zeth Sahuburua mengingatkan beberapa hal penting yang perlu dimiliki oleh peserta Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat II Angkatan XVI Tahun 2018.

“Yang harus diingat seorang pemimpin perubahan harus memiliki keyakinan bahwa ia mampu menjadi penggerak sekaligus pendorong pemecahan masalah yang dihadapi. Dalam konteks birokrasi itu, pemimpin seperti ini yakin bahwa instansinya-lah yang mampu mengatasi persoalan dan melakukan perubahan.Seorang pemimpin sebagai agen perubahan, juga bekerja lebih keras dari pada staf atau bawahan. Dia bekerja sepenuh hati, salah satu yang harus dilakukan adalah mendorong setiap staf atau bawahan untuk selalu keluar dari zona nyaman dan bekerja dalam zona persaingan.” Tutur Sahuburua. (WM)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *