Ambon, Wartamaluku.com – Kisah-kisah inspiratif tentang orang dengan HIV/AIDS (ODHA) kini dapat diikuti lewat sebuah buku yang berjudul “Kami Baik – Baik Saja” Secara resmi buku ini diluncurkan bertepatan dengan peringatan Hari AIDS sedunia (world AIDS day) 1 Desember 2019, buku yang pertama kalinya dilaunching oleh Rumah Beta Maluku asuhan Evilin Theresa dan Clerry Cleffy Institute (CCI) pimpinan Dwi Prihandini selaku pendiri dan direktur, di Ambon, Senin (2/12/19).
Buku “Kami Baik-baik saja” merupakan suara hati Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di Maluku yang bernaung di Rumah Beta Maluku sejak 2015-2019 selaku penulis. Selain dilaunching, tetapi buku itu juga sekaligus dibedah langsung oleh Evelin dan Dwi bersama penulis sekaligus rohaniawan Elifas Tomix Maspaitella dan Zairin Salampessy, sang editor buku.
Momen mengharukan tak terelakan saat Dwi dan Evelin bergiliran menceritakan perjalanan panjang dua lembaga yang dipimpinnya serta upaya menjalankan misi kemanusiaan dengan berbagai tantangan dan cobaan menghadang.
Bahkan momentum hingga berhasil terbitnya buku ini karena ada keterbukaan, rasa percaya diri dan rasa baik-baik ODHA meski ditengah stigma dan diskriminasi bagi mereka yang belum memudar di masyarakat.
Evilin Direktur Rumah Beta Maluku kepada wartawan mengatakan peluncuran buku tersebut bertujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat umum tapi juga memberikan penguatan kepada teman-teman ODHA sendiri. Ketika mereka membaca dapat menjadi insipirasi yang dapat menghilangkan stigma dan disrkiminasi.
“Buku ini menceritakan tentang bagaimana orang dengan HIV bisa bertahan hidup, berhasil melalui hari-harinya walau harus meminum obat setiap hari. Karena itu, kami harapkan hadirnya buku “Kami Baik-baik saja” semoga dapat menginspirasi banyak orang sekaligus bisa menghilangkan angka stigma dan diskriminasi. Apa yang dirasakan dan dialami ODHA dituangkan dengan berbagai macam cara termasuk menulis jadi sangat menarik jika dibaca,” ungkapnya.
Sementara Dwi dari CCI mengaku, inisiasi awal pembuatan buku ini dengan memberikan pelatihan terlebih dahulu bekerjasama dengan Rumah Beta Maluku yakni pelatihan penguatan pertumbuhan pasca trauma dan pelatihan menulis blog dan yoga. Setelah itu, ada usaha bersama melanjutkan dengan menulis kisah dan pengalaman ODHA di tengah masih kuatnya stigma dan diskriminasi dirasakan, tetapi mereka mampu membuka diri, makin percaya diri dan berdaya sebagai manusia utuh.
“Komitmen saya tidak berhenti sampai disitu. Artinya buku ini bisa menguatkan teman-teman yang berani membuka diri artinya bahwa kita harus merdeka. Buku ini saya akan alih bahasakan di tahun 2020 dengan izin Rumah Beta Maluku karena penulisnya adalah dari Rumah Beta Maluku. Dengan nantinya mengalihkan dalam bahasa Inggris, harapannya bukan cuma di Maluku tapi saya ingin dunia internasional juga tahu bahwa mereka (ODHA) ada dan mereka berdaya,” tekad psikolog perdamaian ini.
Sedangkan Elifas Maspaitella menyatakan, selama ini orang diluar pun semacam kebingungan bahwa siapa yang harus berbicara supaya masyarakat sadar bahwa ODHA itu juga adalah bagian dari diri mereka. Maka buku ini dipandang sebagai sebuah gebrakan karena ODHA yang berbicara sendiri tentang dirinya. Artinya, ini cuhatan isi hati yang jujur dan tulus dari ODHA dengan pesan penting bahwa masyarakat sedang diedukasi oleh ODHA lewat buku ini agar juga menjadi masyarakat yang baik-baik saja seperti mereka.
“Karena itu mengapa kita lagi harus melanjutkan stigmatisasi, diskriminasi terhadap mereka. Sebab masih banyak orang juga tidak jujur mengungkapkan siapa mereka. Sementara ODHA telah jujur mengungkapkan siapa diri mereka. Maka kalau membaca buku ini, itulah sebenarnya yang mereka harapkan. Tidak ingin diterima, tapi mereka ingin diakui saja sebagai bagian dari masyarakat yang bisa berbuat banyak hal dan berkontribusi positif. Bukan saja hal-hal secara fisik kita lihat, tapi untuk pengembangan kapasitas manusia,” akui Sekum MPH Sinode GPM.