Ambon, Wartamaluku.com- Pengurus Wilayah Fatayat NU Provinsi Maluku yang diketuai Habiba Pellu serta Pengurus Cabang Fatayat NU Kota Ambon diketuai Khadizah Makiang periode 2016-2021, dilantik dan diambil sumpah oleh Ketua Umum Fatayat NU Pusat, di Gedung Islamic Center Waihaong Ambon, Jumat (10/3).
Pelantikan pengurus Fatayat NU ini disaksikan langsung oleh Dirjen Pembangunan Kawasan Perdesaan, Kementerian Pembangunan Desa dan Transmigrasi, Johozua Max Yoltuwu, Gubernur Maluku Said Assagaf dan Wagub Zeth Sahubruwa.
Ketua Umum Fatayat NU Indonesia, Anggia Ermarini dalam sambutannya meminta pengurus yang dilantik melakukan konsolidasi dan pengembangan kapasitas kader Fatayat NU.
Fatayat Nahdlatul Ulama Indonesia, tambah dia, tetap menyatakan sikapnya dalam menolak perkawinan anak yang usianya masih terlalu dini antara 14 tahun hingga 16 tahun.
“Saya sering ditanya dalam beberapa pertemuan, kenapa Fatayat NU menolak pernikahan anak karena mereka beralasan kalau langkah ini dilakukan untuk menutupi perzinahan atau pacaran, tetapi saya katakan kalau menikah itu bukan hanya urusan membuat anak atau menghindari sebuah kasus perzinahan,” katanya.
Menurut Anggia menikah adalah membangun sebuah rumah tangga dimana seorang suami dan isteri harus paham bagaimana dia mentransfer nilai-nilai positif kepada anaknya, lalau ketika menikah di usia 14-16 tahun apakah dia mampu melakukan hal seperti itu atau tidak.
Kemudian dari sisi kesehatan, anak seusia itu belum siap secara biologis dari sisi organ reproduksinya sehingga ini menjadi perhatian fatayat NU “Soal nutrisi, di Indoensia kita termasuk urutan 17 dari seluruh warga dunia yang mempunyai masalah dengan gizi, padahal negara ini kaya sumber protein, mineral, dan karbohidrat tetapi nyatanya anak-anak Indonesia masih kurang gizi,” tandasnya.
Eempat dari 10 anak di negara ini yang masih mengalami masalah kekurangan gizi, padahal ke depannya Indonesia secara keseluruhan akan mengalami puncak keemasan bonus demografi.
Jepang sudah pernah mengalami bonus demografi ketika anak-anak mudanya memiliki ukuran badan yang tinggi saat usia muda dan kinerjanya maksimal dan performa di lapangan kerja juga semakin baik.
“Anak yang kurang gizi, 20 sampai 30 tahun tidak bisa menampilkan kinerja maksimal dan menjadi beban bagi negara,” ujar Anggia.
Kaum muda Fatayat NU juga diajari untuk mencintai negaranya dengan menjunjung tinggi semua kebudayaan yang ada di masyarakat dalam konsep Islam nusantara, karena keragaman ini menjadi pondasi ketika membangun agama di masyarakat.
Jadi budaya yang ada di Maluku akan menjadi pondasi membangun Fatayat NU daerah ini lebih kuat lagi, dan jangan sampai Fatayat NU keluar dari budayanya yang ada di Maluku.