Ambon, Wartamaluku.com – Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara berharap, tidak ada lagi bibit-bibit unggul pemusik di kawasan Timur Indonesia, termasuk di Maluku semuanya hengkang ke Jakarta atau Pulau Jawa).
‘’Sudah nggak boleh begitu lagi. Kenapa? Karena musik sekarang ini dibuat dari suatu tempat di mana saja. Syairnya diciptakan mana saja. Bahkan musisinya mungkin di lain tempat. Namun semuanya sudah bisa dilakukan secara digital yang bisa menghubungkan semuanya,” ujar Rudiantara, di Konferensi Musik Indonesia, bertempat di Taman Budaya Ambon, Kamis (8/3).
Jadi, menurut Rudiantara, biarlah, masa bibit unggul yang hengkang ke Jakarta itu untuk zamannya Glenn Fredly, Edo Kondologit dan lain-lainnya.
Sekarang ini, lanjut Rudiantara, antarnegara sudah melakukan kerjasama di bidang musik melintasi tempat tersebut.
Dia mengakui di Indonesia, hal tersebut belum dilakukan karena faktor infrastruktur. Teknologi Informasi dan Komunikasinya (TIK) belum memadai
“Oleh karenanya, pemerintah membuat yang namanya kebijakan keberpihakan, terutama membangun infrastruktur yang ada di kawasan Terdepan, Terluar dan Tertinggal (3T).
“Saya sudah berkali-kali berbicara dengan pak Zeth (Zeth Sahuburua, Plt Gubernur Maluku) dan teman-teman yang di Kawasan Timur. Kita bangun infrastruktur TIK sampai di Saumlaki (Maluku Tenggara Barat). Kita bangun sampai di Kepulauan Aru, Papua, dan Papua Barat. Ada 30 kabupaten yang tidak tersentuh broad band. Insya Allah akhir tahun ini sudah selesai konstruksinya,’’ papar Menkominfo.
Jadi tahun 2019, Menkominfo Rudiantara katakan, semua kabupaten kota di Indonesia sudah memiliki akses jaringan, sebagai tulang punggung untuk broad band alias internet berkecepatan tinggi.
“Nanti mungkin Pak Zeth, tahun depan yang namanya mencari bibit-bibit unggul itu tidak usah semua datang ke Ambon, tidak semuanya harus datang ke Jakarta, tapi per daerah. Dan ini dipastikan wilayah Barat sudah selesai, baru 2 hari lalu beroperasi komersil. Wilayah Tengah dan Timur diselesaikan tahun ini. Jadi tahun 2019 sudah terhubung semua kabupaten kota seluruh Indoensia,’’ ungkapnya.
Pemerintah juga, disebut Rudiantara, menyiapkan kebijakan keberpihakan yang lain. ‘’Apa kah itu? Indonesia ini memiliki 226 ribu sekolah. Dari 226 ribu sekolah, hampir 90 ribu belum tersentuh internet. ‘’Internet atau IT pun dipakai di sekolah hanya untuk Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK),” ujarnya.
Rudiantara mengungkapkan, zaman dia sekolah dulu, diakarkan dan belajar menghafal. Pola pikirnya harus dirubah. Untuk masa depan bangsa ini, pendidikannya harus berubah. Bukan diajar menghafal di kelas, tapi diajar mencari solusi.
Caranya apa? Rudiantara katakan, nanti di SD, SMP, SMA, tiga sampai lima orang dalam kelompok diberikan soal, diberikan permasalahan, diberikan kasus dan mereka akan mencari pendekatan solusinya. Meski bukan solusi akhir.
Artinya, menurut Rudiantara, mereka akan mencari rujukan di tempat lain, di negara lain, di provinsi lain, di kota lain.
“Jadi anak-anak kita itu harus didorong untuk menyelesaikan masalah. Jadi bukan yang ada tawuran, atau memiliki domain medsos tapi muatannya hal-hal yang negatif dan lain-lainnya,” ujar dia.
Menyinggung soal sektor kesehatan, Rudiantara menyebutkan, Indonesia memiliki Puskesmas sekitar 10 ribuan lebih, tapi 3.000 belum terhubung dengan ienternet.
“Pemikirannya adalah, kalau sekarang masyarakat di desa ada yang sakit, di bawa ke Puskesmas, itu ditanya macam-macam. Diminta foto kopi kartu keluarga, KTP, dibuat medical record. Kalau dari Puskesamas tidak bisa menangani harus di bawa ke RSUD. Di bawa ke RSUD dia bawa tumpukan dokumen. Dibawa lagi, dikasih lagi, ditanya lagi,” beber Rudiantara.
Pemikiranya menurut dia adalah, kalau ada yang sakit di Puskesmas, lalu tidak bisa ditangani di situ, dan kemudian dirujuk ke RSUD, hanya orang yang sakit yang pergi, kalau perlu di jemput ambulance. Semua medical recordnya, semua copy dokumennya tidak perlu lagi, dokter sudah menunggu di depan pintu dan langsung ambil ruangnya. Pola-pola pikir ini yang harus didorong semua, karena konektivitas itu.
“Kita punya 75 ribu kantor desa, 25 ribu belum ada internet. Kita harus hubungkan dengan internet. Caranya bagaimana? Ini kebijakan keberpihakan lagi kepada masyarakat, kepada dunia pendidikan, kepada dunia kesehatan, kantor Polsek, kantor Koramil, semuanya sudah harus terhubung dengan internet,” tandasnya.
Caranya disebut Rudiantara, adalah dengan membangun satelit. Ada 150 ribuan titik yang harus kita hubungkan. Satelitnya juga, bukan satelit yang model sekarang, tapi satelit yang istilah teknisnya hight satelit yaitu satelit internet kecepatan tinggi. Jatuh untuk pertama kali, kecepatanya 10 megabit per second.
“Ini satelit pertama. Lalu satelit kedua, diharapkan tahun berikutnya. Jadi pertama kali satelitnya itu akan berada di udara tahun 2021 atau awal tahun 2022. Setahun berikutnya muncul satelit berikutnya, kapasitasnya sama sehingga tahun berikutnya mungkin akan ditambah 20 megabit per second. Ini yang akan kita hubungkan semua sekolah 20 megabit per second,” tutur Rudiantara.
Jadi kalau nanti mencari talenta dari Maluku atau dari semua daerah, dia menyebutkan, semuanya lewat sekolah saja, semuanya lewat digital saja.
“Itu yang kita inginkan Indonesia ini berubah mulai dari pendidikan, dan itu bisa dimanfaatkan juga untuk kebudayaan, untuk seni, musik dan lain sebagainya. Kita mulai dari pendidikan dasar,” tandas Rudiantara.