Matinya Kerbau Moa, DPRD Maluku Harap Pemda Bisa Atasi

Ambon, Wartamaluku.com – Hampir setiap tahun angka kematian ternak kerbau di pulau Moa Kabupaten Maluku Barat Daya mencapai ratusan ekor.

“Kematian ternak Kerbau di Pulau Moa cukup besar karena itu, masyarakat kawasan moa Timur meminta Pemerintah Provinsi Maluku bisa mengatasi masalah ini”, Demikian dikatakan Anggota DPRD Provinsi Maluku Dapil KKT – MBD Anos Yermias kepada wartawan di kantor DPRD Maluku, 28/01/2020.

Menurutnya, untuk mengatasi angka kematian ternak kerbau yang setiap tahun terus terjadi, DPRD Maluku akan terus berjuang dengan mendatangi dinas PUPR Provinsi Maluku dan Balai Wilayah Sungai Maluku untuk bisa membantu mengatasi angka kematian Kerbau dengan membangun tempat penampungan air di sekitar ternak – ternak itu berada. Ternak – ternak ini mati lantaran tidak ada air.

“Oleh karena itu, dalam rangka mengatasi kelangkaan air bersih di desa Tounwawan, Kecamatan Moa, Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku, kami mohon kesediaan Dirjen Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia untuk membangun sarana dan prasarana air baku di desa Tounwawan”, harapnya.

Menurutnya, Kelangkaan air bersih bukan hanya berdampak terhadap masyarakat tetapi juga pada ternak peliharaan, karena selalu terjadi kematian kerbau sekitar 300 – 500 ekor/tahun dan juga ternak lainnya seperti kambing, ayam dan ternak lainnya.

Dijelaskan pula, Pemerintah Kabupaten MBD telah menetapkan Gunung Kerbau sebagai populasi kerbau moa di kawasan gunung kerbau yang sangat berdekatan dengan desa Tounwawan perlu dilindungi serta mendapat perhatian serius untuk dikembangkan.

Disamping itu juga, pembangunan sarana dan prasarana air baku ini sangat bermanfaat untuk masyarakat, selain itu, bisa mengatasi angka kematian kerbau dan ternak peliharaan masyarakat.

Pembangunan kubangan buatan sebagai tempat minum kerbau juga sangat dibutuhkan guna mengatasi persoalan angka kematian kerbau.

Selain itu, Anggota DPRD Maluku ini merasa resah dengan Pemerintah Daerah karena hingga saat ini tidak mengantisipasi hal tersebut. Padahal jarak ibu kota Kabupaten dengan tempat ternak itu sendiri tidak jauh.

“Kami juga merasa Rezah karena pemerintah Kabupaten MBD sendiri tidak mengantisipasi ini. Jarak antara Kabupaten dengan tempat kerbau sendiri sangat dekat.

Lebih lanjut dikatakan politisi partai Golkar ini menjelaskan di Maluku Barat Daya memiliki program rencana mengembangkan pariwisata yang namanya Artakemo yang artinya agrowisata kerbau Moa. Tetapi hari persoalan kematian kerbau ini tidak dihiraukan.

“Tetapi faktanya sampai dengan hari ini ancaman terhadap kerbau Moa itu sendiri terjadi setiap tahun. Hal ini terungkap ketika saya melakukan reses di beberapa desa di pulau Moa. Dari hasil pertemuan kami dengan masyarakat setiap tahun terjadi kurang lebih 300 sampai 500 ekor kerbau yang mati”, ungkapnya.

Dikatakan, setelah meninjau dan melihat secara dari dekat langkah-langkah yang dilakukan oleh pemerintah daerah dengan cara membangun tempat penampungan air, ada juga kubangan yang dibuat tetapi itu tidak memberi harapan hidup terhadap binatang – binatang tersebut.

“Kami kecewa karena Pemerintah di tingkat Kabupaten selama ini terkesan tutup mata terhadap kondisi yang terjadi di Moa Timur. Padahal Pemerintah sendiri sementara mengembangkan program wisata yang sampai saat ini sementara dipopulerkan”, tuturnya.

Karena itu, sebagai anggota DPRD dari dapil KKT – MBD akan memperjuangkan hal tersebut. Bahkan berharap Pemerintah Daerah setempat bisa serius menangani persoalan ini karena itu adalah potensi dan habitat Kabupaten Maluku Barat Daya. (WM).

Pos terkait