Ambon, Wartamaluku.com – Gubernur Maluku Irjen Pol. (Purn) Drs. Murad Ismail langsung meninjau kondisi korban terdampak gempa tektonik berkekuatan 6,8 SR yang dirawat di RSUD dr. Haulussy Ambon, setibanya dari Jakarta, Kamis (26/9) malam. Rencananya, besok Jumat (27/9) pagi setelah menjemput Kepala PNPB Letjen TNI Doni Moenardo di bandara Pattimura, mereka langsung mengunjungi para korban terdampak gempa di sejumlah lokasi di Pulau Ambon.
Kepada pers di RSUD dr. Haulussy, Gubernur mengimbau agar masyarakat tidak panik apabila masih terjadi gempa susulan. Ketika terjadi goncangan gempa, dia minta agar masyarakat tidak langsung berlarian keluar rumah.
“Baiknya berlindung di bawah meja atau tempat tidur. Kalau gempa sdh tidak lagi terasa, baru segera keluar cari tempat terbuka. Kalau goncangannya kuat dan lama, baiknya mencari tempat yang lebih tinggi,” kata Gubernur.
Menurutnya, sejumlah korban yang kini dirawat di RSUD dr. Haulussy sebagian besarnya karena panik. “Jadi tadi ada anak yang korban, tangannya patah karena batu. Ibunya selamat, anaknya tidak selamat,” ujarnya.
Dirinya berharap, sosialisasi mitigasi dan tanggap bencana harus gencar lagi dilakukan, terutama di sekolah-sekolah.
“Kita masih kurang sosialisasi. Kalau di Jepang itu, saya lihat TV, kemudian ada brosur-brosur. Ketika ada gempa, orang di dalam gedung, di dalam rumah tidqqak perlu lari buru-buru keluar. Dia masuk di bawah meja atau masuk di bawah tempat tidur. Karena gempa itu tidak lama. Paling lama itu 10 detik. Nanti setelah tidak ada lagi goyangan, baru dia keluar,” jelasnya.
Gubernur juga meminta kepada masyarakat dan media untuk tidak tergesa-gesa menyebarkan berita yang belum tentu benar dan bisa dipertanggungjawabkan.
“Saya minta kepada media-media juga, itu berita-berita hoax jangan sampai, seperti tadi ada kabar kalau jam tiga nanti ada gempa lebih besar lagi. Istri saya juga baru sms, katanya tengah malam nanti ada gempa lebih besar lagi. Janganlah kita mendahului Tuhan. Tapi mari kita sama-sama berdoa, mudah-mudahan Tuhan kasih kita cobaan ini tidak berkelanjutan,” tandasnya.
Terkait dengan jumlah korban jiwa akibat gempa, Gubernur mengatakan berdasarkan data BPBD Provinsi Maluku, tercatat sebanyak 23 orang korban meninggal. “Ada 23 korban jiwa seluruh Maluku,” jawabnya.
Kepala BPBD Provinsi Maluku, Farida Salampessy, yang turut mendampingi Gubernur menambahkan, lokasi terparah yang terkena dampak gempa tektonik pada Kamis pagi adalah wilayah Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, Pulau Ambon.
“Maluku Tengah, Kecamatan Salahutu yang paling banyak. Ada di desa Liang, Waai dan Tenga-Tenga. Di desa Liang paling banyak karena ada banyak rumah yang roboh dengan tanah,” ungkap Salampessy.
Ia menungungkapkan, masyarakat di Kecamatan Salahutu khususnya Liang, saat ini memilih mengungsi ke hutan. “Tadi magrib tadi saya dengan Kadis Kesehatan baru kembali, jadi semua masyarakat yang ada disana itu sudah mengungsi di kebun-kebun mereka di hutan,” sambungnya.
Diakuinya, BPBD Maluku telah mengimbau agar masyarakat tidak percaya berita hoax, bahwa akan terjadi tsunami. Hanya saja, lanju Salampessy, masyarakat memilih mengungsi karena sebagian besar rumah mereka roboh.
“Memang kami sudah mengimbau berita itu ada hoax, tapi karena rumah mereka sebagian besar sudah roboh, mereka ke hutan dan malam ini kami dari BPBD sudah membawa terpal untuk mereka di Desa Liang dan Waai,” jelasnya.
Disinggung berapa banyak rumah yang rusak di Kecamatan tersebut, Salampessy mengaku sesuai data sementara sebanyak 106 rumah. “Itu hitungan sementara. Nanti ada data resmi dari Maluku Tengah, karena itu wilayah Maluku Tengah. Tadi saya sudah komunikasi dengan Maluku Tengah, nanti kita cocokan data. Ada rapat juga nanti (hari ini Jumat) baru bisa ada data resmi terakhir,” tandasnya.
Di tempat yang sama, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, Meykal Pontoh, mengatakan pihaknya juga telah membangun rumah sakit lapangan di Tulehu dan posko kesehatan di tiga desa yang kena dampak gempa terparah di Kecamatan Salahutu.
“Sudah dibentuk Posko kesehatan dan besok akan didistribusikan kembali obat-obatan. Tapi posko sudah dibentuk di tiga daerah yang paling parah. Bahkan di Tulehu sudah dibangun rumah sakit lapangan,”pungkasnya.
Menurutnya, para pasien RSU Tulehu juga sementara diungsikan ke kampus Universitas Darussalam Ambon di Tulehu. Selain karena lokasi rumah sakit berada di tepi pantai, juga karena sebagian dinding rumah sakit sudah retak-retak. “Karena bangunannya sudah tidak aman, dan rumah sakit juga di pantai, sementara para pasien kita bawa ke rumah sakit lapangan di Darussalam,” jelasnya.
Sesuai data sementara BPBD Maluku, jumlah korban meninggal dunia sebanyak 23 orang. Rinciannya korban meninggal di Kota Ambon sebanyak 6 orang, Maluku Tengah 14 orang, dan Seram Bagian Barat 3 orang. Ratusan orang dilaporkan mengalami luka-luka. Sejumlah gedung kampus Unpatti, IAIN Ambon, gedung perkantoran, rumah ibadah dan rumah warga juga dilaporkan mengalami kerusakan, baik rusak berat maupun rusak ringan akibat gempa.