Ambon, Wartamaluku.com – Menjelang hari raya Idul Fitri DPRD Provinsi Maluku berharap, maskapai penerbangan domestik bisa menurunkan harga tiket pesawat dari dan ke Kota Ambon, agar warga yang ingin merayakan hari raya yang ingin ke kampung halamannya, bisa terlaksana.
Tingginya harga tiket membuat masyarakat mulai mengeluh. Keluhan masyarakat ini akhirnya direspons pemerintah. Meski sempat bungkam, Kementerian Perhubungan akhirnya menurunkan Tarif Batas Atas (TBA) tiket pesawat antara 12 sampai 16 persen.
Penurunan TBA tiket pesawat diyakini dapat menurunkan harga tiket pesawat dari sebelumnya. Pasalnya, penyebab tingginya harga tiket pesawat selama ini karena pihak maskapai menerapkan harga tiket yang mendekati TBA.
Namun sayangnya, hanya daerah-daerah di belahan Pulau Jawa saja yang bisa merasakan penurunan tersebut. Demikian dikatakan Sekretaris Komisi C DPRD Provinsi Maluku, Robby Gasperzs saat dihubungi via seluler, Kamis (23/5/2019).
“Harga tiket Jakarta-Ambon saat ini sudah tidak wajar lagi. Bayangkan saja, untuk ke Jakarta dari Kota Ambon saja harga tiket pesawat mencapai Rp3,5 juta. Sementara untuk Jakarta–Singapura hanya Rp 600-Rp 700 ribu. Inikan sangat miris saya lihat. Kalau harga tiket pesawat masih saja seperti itu, maka masyarakat yang ingin mudik ke kampung halamannya untuk merayakan lebaran akan mengalami kesulitan,” tuturnya.
Menurutnya, Pemerintah Pusat dalam hal ini Kementerian Perhubungan (Kemenhub) harus tegas menindak maskapai penerbangan yang enggan menurunkan harga tiket.
Masih kata Gaspersz, wajar jika para pemudik lebih memilih untuk menggunakan angkutan laut, karena biaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar, kendati harus menempuh perjalanan yang cukup memakan waktu.
“Ya, kalau pejabat yang ingin pergi untuk melaksanakan perjalanan dinas, saya rasa tidak masalah, karena ada anggaran perjalanan yang ditanggung oleh daerah. Tetapi kasihannya, warga yang akan mudik lebaran. Kita berharap kenaikan harga yang tidak wajar ini ditinjau ulang oleh maskapai penerbangan,” tegas Gasperzs.
Kebijakan harga tersebut, lanjut Gasperzs, tidak hanya menghambat pertumbuhan sektor pariwisata di Maluku, tetapi juga membebani masyarakat pengguna jasa penerbangan. Maspakai penerbangan seolah mengabaikan kondisi masyarakat yang sebagian besar kemampuan keuangannya jauh dari kata berlebihan.
“Boleh saja mereka (maskapai penerbangan) mencari untung, namun jangan sampai memberikan dampak negatif bagi pihak lain. Kalau terus seperti ini dampak negatifnya menghambat sektor pariwisata di Ambon dan Maluku. Apalagi Ambon akan menuju sebagai kota musik dunia,” paparnya.