Ambon, Wartamaluku.com – Gubernur Maluku Said Assagaff mengajak masyarakat di daerah ini, untuk lebih arif lagi menggunakan media sosial (medsos). Ajakan tersebut disampaikannya pada acara Halal Bi Halal Pemda Provinsi Maluku, PHBI Provinsi Maluku bersama tokoh agama, tokoh masyarakat dan warga di daerah ini, berlangsung di Islamic Center Ambon, Selasa (4/7).
“Satu hal penting yang perlu katong Nanaku akang bersama-sama, yaitu pentingnya katong cerdas dalam menggunakan internet, khususnya media sosial,” ujar Gubernur. Menurut Gubernur, melalui medsos kita bisa membangun dan menyambung silaturrahim, tetapi dengan medsos juga katong bisa merusak hubungan silaturrahim. Dia juga katakan, dengan internet kita bisa belajar dan mengakses pelbagai informasi serta sumber ilmu pengetahuan dengan sangat mudah.
“Tapi dengan internet juga bisa membuat katong menjadi makhluk yang sangat instant, individualistik, mekanistik dan sangat suka dengan cara-cara plagiasi, baik dalam aktivitas di dunia pendidikan, birokrasi atau perkantoran, di parlemen, hingga masuk ke ruang-ruang privat di rumah tangga. Intinya dewasa ini bangsa kita nyaris kehilangan orginalitas,” paparnya.
Masalah berikutnya yang perlu menjadi ikhtiar kita bersama, menurut Gubernur, yaitu belajar agama secara instant. Atau apa yang disebut oleh imam besar mesjid Istiqlal Jakarta, Prof. Nazaruddin Umar sebagai “Agama Internet atau Agama Medsos”, yaitu ada “Islam internet atau Islam medsos”, “Kristen Internet atau Kristen medsos”, dan seterusnya. “Yaitu orang belajar secara instant tanpa mau belajar melalui ustaz, tuang guru (ulama), pendeta atau pastor,” ujarnya.
Dampak negatif belajar agama tanpa guru, disebut Gubernur, terutama bagi yang awam, antara lain, biasanya salah kaprah atau salah jalan (fenomena munculnya aliran sesat), terkadang merasa sudah paleng pintar, menganggap paling benar sendiri, serta dalam banyak kasus rawan untuk terjadinya proses “cuci otak” direkrut menjadi terori.
Gubernur katakan, ini karena kita kurang siap, dalam menghadapi lajunya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, sehingga katong mengalami cultural shock (takajo) atau ‘Tunggakan kebudayaan’. Ini jadi tanggung jawab kita samua, khususnya para pendidik, ustaz, tuang guru, ulama, pendeta, pastor, Bikhu dan sebagainya.
“Dalam spirit Halal bi Halal ini, mari basudara samua, sambil bermaaf-maafan, katong bersinergi dan tingkatkan kinerja dan pengabdian untuk negeri ini. Karena sejatinya semakin berkualitas ibadah seseorang, sejatinya makin baik dan berkualitas pula karyanya,” imbaunya.
Melalui momentum Halal bi Halal ini juga, Gubernur mengajak kita samua untuk meningkatkan kualitas kerukunan dan kedamaian antar umat beragama, serta antar suku bangsa di daerah ini, dalam rangka kita kembangkan Maluku sebagai laboratorium kerukunan dan kedamaian antar umat beragama terbaik di Indonesia.
“Bukan hanya kerukunan dan kedamaian pasif, tetapi kerukunan dan kedamaian aktif. Sebagaimana ungkapan luhur orang Maluku, yaitu ‘Potong di kuku, rasa di daging, ale rasa Beta rasa, serta Sagu Salempeng di patah dua’,” harapnya. Gubernur katakan, inilah spirit kebersamaan dan persaudaraan sejati untuk belajar saling memahami, saling mempercayai, saling mencintai, saling menopang, saling membanggakan dan saling menghidupi.
Menyinggung tentang Halal Bi Halal, Gubernur menyebutkan, betapa pentingnya ucapan selamat Idul Fitri itu, kita pun membuat serangkaian acara Halal bi Halal, mulai dari tingkat kampung hingga tingkat nasional. “Serta yang terlibat di dalamnya, bukan hanya umat Islam, tetapi juga umat beragama lain, baik sebagai peserta maupun panitia, sebagaimana yang sering kita lakukan di Maluku,” ungkapnya.
“Serta yang terlibat di dalamnya, bukan hanya umat Islam, tetapi juga umat beragama lain, baik sebagai peserta maupun panitia, sebagaimana yang sering kita lakukan di Maluku,” ungkapnya.
Untuk itu, tradisi buka puasa berasama dan Halal bi Halal ini, disebut Gubernur, sebagai local genius (kecerdasan local) dan local wisdom (kearifan local) Islam di Indonesia. Kecerdasan lokal atau kearifan local seperti ini, lanjut Gubernur, lahir dari imajinasi para ulama dan umara di negara ini agar kita tetap menjaga dan menjalin silaturrahim sesama anak bangsa.
Bahwasanya walaupun bangsa ini adalah bangsa yang multikultur atau plural, namun menurut Gubernur, kita tetap satu, sebagaimana semboyan “Bhineka Tunggal Ika”, Biar Berbeda-beda, Tetapi Tetap Satu dan bersaudara.
Demikian halnya kita di Maluku, demikian Gubernur, walaupun kita berbeda-beda, tetapi tetap satu sebagai orang basudara. Katong samua bersaudara, bukan hanya karena punya hubungan darah (geneologis), tetapi juga katong bersaudara karena lahir dan dibesarkan oleh rahim atau kandungan bumi raja-raja ini.
“Kita makan dan minum dari rahim Maluku dan kita juga berdiri tegak serta berkembang biak di atas perut Ibu Maluku.
Sehingga, tidak ada alasan untuk kita bercerai, apalagi, saling menyakiti. Untuk itu jangan pernah putus silaturrahim atau tali gandong. Mari sama-sama katong baku kele maju, dalam semangat hiti-hiti, hala-hala
Lalu apa makna orang basudara? Gubernur menyebutkan, Nabi Muhammad Saw bersabda: tidaklah beriman seseprang di antara kamu , sebelum dia mencintai saudaranya, seperti dia mencintai dirinya sendiri”, pada hadis lain Nabi Muhammad Saw, juga menegaskan: “tidakakan masuk surga orang yang memutuskan tali silaturrahim”.
Dalam sprit ini, Gubernur berharap, ibadah puasa yang telah selesai dilaksanakan itu, benar-benar merupakan panggilan iman yang sejati, dapat kita jadikan sebagai media untuk ber-muhasabah dan berefleksi, sehingga terhapus semua dosa-dosa pada masa yang lampau serta hadir sebagai manusia baru yang fitri, yang melimpah dengan kebaikan dan kebijaksanaan.
Orang yang dapat menangkap hakekat puasa, diyakini Gubernur, dia akan selalu belajar untuk menjadi sumber kasih sayang, sumber kedamaian, sumber kesejahteraan, sumber keadilan, sumber kebaikan, untuk sesama.
Karena itu, dia mengajak semua yang hadir, untuk mengimplementasikan nilai-nilai puasa yang telah di lalui itu untuk mengedukasi dan menempa nafsu dan jiwa kita.
“sebab jiwa yang kotor akan jauh dari Allah SWT, serta jiwa yang dikuasai oleh nafsu ammarah, akan menjadi sumber dari pelbagai kejahatan dan kerusakan di muka bumi ini”. Tegas Gubernur.