Ambon, Wartamaluku.com – Sekolah Yayasan “Poitek” dari nama dengan bahasa asli Tionghoa yang berarti “Pendidikan Ahlak”, disebut Gubernur Maluku Said Assagaff, ikut membangun Sumber Daya Manusia (SDM) di daerah ini.
“Saya ingin mengatakan, bahwa sudah sekian waktu, Yayasan ini telah berkontribusi bagi pembangunan pendidikan daerah, dengan memberi tanahnya bagi Kantor Dinas Perpustakaan Maluku melakukan perannya sebagai sentra ilmu pengetahuan dan jendela dunia,” ujar Gubernur Assagaff, pada acara Serah Terima Tanah Eks Poitek, antara Pemerintah Provinsi Maluku dan Yayasan Poitek di Hotel The Natsepa Ambon, Sabtu (2/12) malam.
Menurut Assagaff, itu sama dengan Yayasan Poitek telah menjadi bagian dari proses pembangunan sumber daya manusia di Provinsi Maluku.
Sekolah Poitek sendiri, yang disebut Gubernur Assagaff ini, sudah ada jauh sebelum Kemerdekaan NKRI yaitu pada tahun 1905.
Pada kesempatan tersebut, Assagaff mengajak para undangan memanjatkan puji syukur, karena kerja keras semuanya, dalam berbagai bidang pembangunan, telah banyak membuahkan hasil yang optimal. Satu diantaranya, kata Assagaff, soal tukar menukar tanah antara pemerintah Provinsi Maluku dengan Yayasan Pendidikan Poitek Ambon, yang bisa berlangsung sesuai rencana.
“Tentu merupakan kehormatan bagi kami, sama dengan kebanggaan kami, mendapatkan dukungan dari pihak Yayasan Poitek Ambon, dalam menopang tugas-tugas pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan,” imbuhnya.
Karena itu, Assagaff menyampaikan terima kasih, dan apresiasi yang setinggi tingginya sambil berharap, dukungan untuk membangun Maluku yang lebih berkualitas dapat kita tingkatkan lagi. Dia menyebutkan, fakta menunjukan, tanah memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi.
Karena itu, di mana-mana selalu terjadi konflik tanah dan berakhir di pengadilan. “Saya bersyukur, sebab yang terjadi antara Pemerintah Provinsi Maluku dengan Yayasan Poitek Ambon, malam ini, jauh dari proses hukum,” tuturnya.
Proses hukum yang disinggung Gubernur Assagaff ini, sebagaimana diberitakan sebelumnya, yakni Yayasan Poitek Ambon sempat mengklaim tanah tempat berdirinya gedung Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Maluku di Jalan A.Y. Patty Ambon adalah milik leluhur mereka. Status kepemilikan tanah kemudian beralih ke Pemerintah Provinsi Maluku lantaran gejolak politik yang terjadi pada tahun 1966 menyebabkan seluruh aset milik etnis Tionghoa di Indonesia diambil alih negara.
Namun, pihak Yayasan Poitek sendiri tidak ingin menempuh jalur hukum, lantaran ingin bermitra dengan pemerintah dan ada dua skenario yang ditawarkan yakni Pemprov mengembalikan tanah tersebut atau yayasan menyediakan lokasi lain untuk membangun perpus. Jauh dari proses hukum ini, yang diapresiasi Gubernur Assagaff. Dia menyebutkan, membangun Maluku memang membutuhkan pengertian bersama. Apalagi berkaitan dengan peningkatan daya saing.
“Karena itu, rencana pihak yayasan ingin membangun sekolah bertaraf internasional di lahan ex Poitek, merupakan investasi luar biasa, karena sudah memposisikan dirinya sebagai mitra pemerintah yang handal. Investasi ini memang mahal. Tetapi Yayasan Poitek berani melakukan terobosan sebagai respons atas globalisasi pendidikan yang melanda dunia,” tuturnya.
Saat banyak yayasan mengalami disorientasi dalam pemenuhan kebutuhan sosial masyarakat, Assagaff katakan, yayasan Poitek justru mengambil langkah positif dan penting, dalam kerangka membantu Pemerintah Provinsi Maluku meningkatkan mutu pendidikan. “Saya percaya, dengan dimanfaatkannya tanah ex Poitek bagi pembangunan sekolah internasional, maka ada beberapa hal yang akan kita rasakan kelak,” tuturnya.
Pertama, menurut Assagaff, anak-anak kita ke depan akan semakin cerdas dan trampil. Mereka pun akan aktif dalam menguasai bahasa asing serta berpeluang melanjutkan studi ke luar negeri. “Ini suatu kondisi yang sengaja dibentuk untuk mempersiapkan Maluku masuk pasar bebas,” tandasnya.
Yang kedua, lanjut Assagaff, sekolah bertaraf internasional yang akan dibangun, akan memicu peningkatan mutu dan akses pendidikan, agar kita semakin tumbuh percaya diri, sekaligus ini berdampak pada promosi Maluku ke dunia internasional Sedangkan yang ketiga, dia menyebutkan, dengan tukar menukar ini, tanda bahwa Yayasan Poitek telah turut menciptakan satu oase baru dalam peningkatan citra pendidikan di Maluku dan di mata dunia.
Assagaff mengakui, dukungan komunitas Tionghoa dalam pembangunan Maluku terus bertumbuh. Tidak sedikit dari basudara yang pernah menjadi “tulang punggung” daerah ini.
“Apalagi di tengah keanekaragaman dan multikultur etnis, basudara telah menempatkan diri secara baik dan benar,” katanya. Menurut Assagaff, dia mengatakan ini, karena masih membutuhkan partisipasi swasta dalam banyak hal. Sebab daya saing ekonomi adalah sebuah proses dalam peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat yang selama ini menjadi cita-cita kita.
Keterlibatan sektor swasta dalam menopang laju pertumbuhan ekonomi, dikatakannya, telah menjadi bagian dari prinsip pengembangan mutu. Sebab swasta yang berpartisipasi dalam pertumbuhan itu, disebut Assagaff, membuktikan bergeraknya demokrasi ekonomi sebagai sendi dasar perekonomian rakyat.
“Inilah cita-cita saya di lima tahun pertama menjadi Gubernur Maluku Saya berharap, kita tetap ada dalam semangat itu, agar visi pemerintah daerah dapat kita jawab bersama-sama,” ungkapnya.
Akhirnya Assagaff menghaturkan terima kasih yang kepada Yayasan Poitek Ambon dan seluruh warga Tionghoa di manapun berada, terutama mereka yang datang dari luar daerah dan Negara, hanya untuk menyaksikan acara yang sangat penting itu.
“Basudara semua telah menorehkan sejarah emas bagi pergerakan pembangunan Maluku pada segala bidang kehidupan,” demikian Assagaff.